Winnie The Pooh - Piglet Lidwina Mayang: Membangun Mental Pebisnis

Sabtu, 28 April 2012

Membangun Mental Pebisnis


A. Keyakinan Modal Pebisnis
Banyak pengusaha, ilmuwan, pemimpin bangsa atau orang-orang sukses dibidangnya masing-masing adalah mereka yang dulunya dicibir dan diragukan kemampuannya oleh banyak orang. Namun, mereka tetap yakin dan melanjutkan rajutan mimpinya, bahwa mereka bisa mewujudkan apa yang bagi orang lain tidak mungkin. Dan siapa yang benar? Pemimpin-pemimpin itulah yang benar dan mereka sekarang adalah orang-orang sukses yang ceritanya banyak kit abaca di buku-buku motivasi dan kisah-kisah sukses orang-orang besar.
Sejarah Albert Einstein menceritakan bahwa ia tidak diterima bekerja sebagai tenaga akademik dibanding teman seangkatannya. Awalnya, ia hanya menjadi guru sekolah di Schaffhausen, kemudian kesempatan itu datang, ia diterima sebagai penguji hak paten di Bern. Di sanalah ia bisa berkreasi dan menemukan teori-teori dan selanjutkan diinformasikan ke kawan-kawannya yang menjadi pengajar akademik di kampusnya. Demikian pula dengan Fred Smith yang mengurai gagasan Federal Express selama kuliah di Yale, tapi mendapat nilai kurang dan dosennya meragukan gagasannya. Banyak kisah lainnya, yang akhirnya dengan keyakinan yang dimiliki, para pebisnis sukses berhasil mewujudkan gagasan-gagasannya dan mengubah dunia dengan gagasannya tersebut.
Dengan cerita tersebut, keyakinan harus tumbuh dalam diri Anda jika memulai berbisnis. Dengan keyakinan bahwa bisnis Anda akan sukses maka sesungguhnya tinggal setengah langkah lagi, Anda bisa mewujudkan kesuksesan tersebut. Jika Anda saja tidak yakin, bagaimana orang lain bisa yakin dengan bisnis Anda? Anda harus mantap 100% dengan bisnis yang Anda jalankan, dan bangga mengatakan “ini bisnis gue lloh!!” selanjutnya serahkan pada yang Maha Kuasa untuk membantu dalam mewujudkan keyakinan Anda. Anda pasti akan terkagum-kagum dan tidak percaya.  

B.  Memulai Dari Kecil Melatih Mental Berbisnis
Beberapa waktu lalu disuatu kesempatan, penulis pernah berbincang dengan salah satu juragan sembako besar di wilayah Bekasi. Sebelum memulai bisnisnya dan menjadi besar, ia bertutur banyak hal pahit yang dirasakannya. Pada tahun 1998, ketika krisis moneter menimpa negri ini, ia terkena PHK. Tempat ia bekerja mengalami penjarahan dan kebakaran sehingga usaha tersebut mengalami kebangkrutan dan semua karyawannya di-PHK, termasuk dirinya, yang merupakan salah satu pimpinan di tempatnya bekerja.
Ditahun tersebut, ia mengalami depresiasi dan bingung ingin melakukan apa. Kala itu, yang menguatkan dirinya adalah istrinya. Istrinya-lah yang akhirnya memulai jualan sembako di depan rumahnya dan mengajak dirinya untuk mulai usaha walau dari usaha kecil di dalam rumah, yakni di garasi rumah. Hari pertama jualan, ia hanya bisa menjual sembako senilai RP.50 ribu. Namun, istrinya terus neyakinkannya bahwa mereka harus terus berjualan agar dapur tetap bisa mengepul dan anak-anak tetap sekolah. Kemudian, setelah mental dirinya stabil dan dapat menerima kenyataan pahit bahwa dirinya kini tidak bekerja lagi, pelan-pelan ia bangkit dan mulai membantu istrinya.
Ia pikirkan strategi-strategi agar jualan sembakonya mengalami peningkatan. Pertama, ia memberikan harga yang sedikit lebih murah, menurutnya, ia murahkan Rp. 500,00 untuk produk-produk yang sangat dan sering dibutuhkan konsumen diwilayahnya, seperti aqua gallon dan gelas. Ia pun menambahkan servis kepada konsumennya, berupa laynan pesan antar ke rumah konsumen. Pelasn tapi pasti, konsumennya terus bertambah.
Selama perjalanan usaha, ia juga pernah mengalami kepahitan dan kegagalan. Ketika di wilayah pertama, ia berhasil, kemudian ia tergiur ingin mengembangkan minimarket. Tiga minimarket pun ia buka. Alhasil, minimarket tidak berjalan dan semuanya rugi. Akhirnya, ia tutup dan focus kembali ke toko pertamanya. Ia tingkatkan dari hanya toko, kemudian menjadi agen dan distributor untuk meningkatkan skala dan mengambil margin yang lebih besar. Saat ini, ia mampu menjual sekitar 5.000 galon aqua setiap harinya di wilayah Bekasi dan memiliki 3 gudang yang sekaligus tokonya. Ia pun focus pada distribusi sembako ke agen dan toko sembako di wilayah Bekasi. Jerih payahnya telah menuai hasil. Ia pun menanamkan mental jatuh bangun dalam mengelola usaha kepada anak-anaknya.
Sekarang ini, anak-anaknya diminta membantu dirinya dan tidak bekerja di perusahaan orang lain. Karena ia telah mengalami pahitnya bekerja di perusahaan orang lain, menurutnya, lebih baik jadi pengusaha. Menurutnya, lebih hebat menjadi pengusaha gorengan, tapi bisa menjual gorengan ke seluruh wilayah Indonesia, dibandingkan bekerja di perusahaan asing yang jelas mengambil keuntungan dari negeri ini.
Penulis menceritakan kisah diatas agar kita semua termasuk penulis, menyadari berbisnis membutuhkan proses, tidak sim salabim langsung sukses, tapi membutuhkan waktu dan harus siap mengalami pahit dan gagal. Kunci suksesnya menurut rekan pengusaha diatas, ia membangun mental agar siap tahan banting ketika usahanya sedang surut dan mengalami kerugian. Sesungguhnya, ketika mengalami kerugian, disitulah terdapat pelajaran besar yang dapat kita ambil hikmahnya. Tambah lagi, tidak usah malu unuk memulai bisnis walau masih kecil skala’a karena dari kecil itulah kita belajar berbisnis. Siapa pun pengusaha besar negeri ini, pastilah telah melewati tahapan kecil dari usahanya hingga bisa menjadi besar seperti saat ini, saat orang lain melihat ia sangat sukses.  

C.  Pola Pikir Pebisnis
Menurut teori NLP (Neuro Linguistic Programme) apabila kita bisa meniru pola piker orang sukses, maka kita bisa menjadi sukses seperti mereka. Apabila kita meniru hal-hal yang dilakukan oleh pebisnis sukses, termasuk cara mereka berpikir dan cara bertindak, maka hamper bisa diyakinkan, kita bisa sukses seperti mereka. Setelah mencermati dan mempelajari ribuan buku tentang para pebisnis sukses, penulis menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mampu mengeksploitasi peluang dibanding memecahkan masalah.
Kecenderungan mereka adalah orang yang pasdan tepat pada waktunya. Saat peluang itu datang, mereka berada di posisi yang pas sehingga mampu dengan jeli mengeksploitasi peluang tersebut menjadi keuntungan buat mereka. Bagi orang lain, belum tentu peluang itu menjadi sebuah ‘peluang’ karena mata mereka tidak sejeli para pebisnis sukses. Sebelum peluang itu datang, para pebisnis telah membekali diri mereka agar siap mengenali peluang dan mengambil peluang tersebut jika datang tiba-tiba.
Pola pikir pebisnis yang penulis amati dan rasakan sendiri selama menekuni bisnis sekitar 6 tahun adalah kemampuan kita dalam menangkapkan peluang yang datang. Peluang akan lewat begitu saja dan menghilang dari mata kita apabila kita tidak siap. Peluang sangat banyak berseliweran di depan mata kita, tapi kadang hanya orang-orang tertentu saja yang mampu melihat bahwa itu adalah sebuah peluang.
Pebisnis kawakan yang mempunyai ‘’jam terbang tinggi’’ dalam bisnis tentu mempunyai insting bisnis dalam mengenali peluang lebih tajam dibanding pebisnis amatir. Insting bisnis inilah yang sebenarnya akan terus terasah bila kita semakin lama menekuni bisnis. Orang bilang apabila ‘jam terbang makin tinggi’ maka akan semakin paham melihat celahya bisnis agar bisnis tersebut sukses. Jika bisnis yang pertama sukses maka kata orang-orang, bisnis kedua dan seterusnya hanya ‘dipegang saja’ maka akan berubah menjadi emas. Maksudnya, ‘tangannya sudah dingin’ sehingga ketika memulai bisnis lain, hasilnya mudah ditebak, bisnis tersebut sukses juga.
Perlu diingat bahwa kegagalan adalah kawan karibnya kesuksesan. Di kamus para pebisnis sukses, gagal itu biasa. Menurut mereka, kegagalan sejati adalah gagal tidak mulai mencoba berbisnis dan gagal untuk bangkit. Bagi mereka yang selalu bangkit dan bangkit lagi, gagal adalah proses belajar dan gagal adalah upaya dari yang di Atas untuk menaikkan ‘kelas’ mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Ketika mereka melewati kegagalan tersebut maka sesungguhnya mereka telah melewati satu fase belajar. Jika pada perjalanan selanjutnya dijumpai hal yang sama maka mereka telah siap mengantisipasi dan menghadapinya. Jadi, jangan takut gagal, siap gagal, dan berani gagal seperti layaknya Anda berani sukses!


Sumber:
Malahayati dan Hendry E. Ramadhan, 99 Bisnis Anak Muda (Jakarta: penebar Plus, 2010)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar