A. Keyakinan
Modal Pebisnis
Banyak pengusaha, ilmuwan, pemimpin bangsa
atau orang-orang sukses dibidangnya masing-masing adalah mereka yang dulunya
dicibir dan diragukan kemampuannya oleh banyak orang. Namun, mereka tetap yakin
dan melanjutkan rajutan mimpinya, bahwa mereka bisa mewujudkan apa yang bagi
orang lain tidak mungkin. Dan siapa yang benar? Pemimpin-pemimpin itulah yang
benar dan mereka sekarang adalah orang-orang sukses yang ceritanya banyak kit
abaca di buku-buku motivasi dan kisah-kisah sukses orang-orang besar.
Sejarah Albert Einstein menceritakan bahwa
ia tidak diterima bekerja sebagai tenaga akademik dibanding teman
seangkatannya. Awalnya, ia hanya menjadi guru sekolah di Schaffhausen, kemudian
kesempatan itu datang, ia diterima sebagai penguji hak paten di Bern. Di
sanalah ia bisa berkreasi dan menemukan teori-teori dan selanjutkan
diinformasikan ke kawan-kawannya yang menjadi pengajar akademik di kampusnya.
Demikian pula dengan Fred Smith yang mengurai gagasan Federal Express selama
kuliah di Yale, tapi mendapat nilai kurang dan dosennya meragukan gagasannya.
Banyak kisah lainnya, yang akhirnya dengan keyakinan yang dimiliki, para
pebisnis sukses berhasil mewujudkan gagasan-gagasannya dan mengubah dunia
dengan gagasannya tersebut.
Dengan cerita tersebut, keyakinan harus
tumbuh dalam diri Anda jika memulai berbisnis. Dengan keyakinan bahwa bisnis
Anda akan sukses maka sesungguhnya tinggal setengah langkah lagi, Anda bisa
mewujudkan kesuksesan tersebut. Jika Anda saja tidak yakin, bagaimana orang
lain bisa yakin dengan bisnis Anda? Anda harus mantap 100% dengan bisnis yang
Anda jalankan, dan bangga mengatakan “ini bisnis gue lloh!!” selanjutnya
serahkan pada yang Maha Kuasa untuk membantu dalam mewujudkan keyakinan Anda.
Anda pasti akan terkagum-kagum dan tidak percaya.
B. Memulai
Dari Kecil Melatih Mental Berbisnis
Beberapa waktu lalu disuatu kesempatan, penulis pernah berbincang
dengan salah satu juragan sembako besar di wilayah Bekasi. Sebelum memulai
bisnisnya dan menjadi besar, ia bertutur banyak hal pahit yang dirasakannya.
Pada tahun 1998, ketika krisis moneter menimpa negri ini, ia terkena PHK.
Tempat ia bekerja mengalami penjarahan dan kebakaran sehingga usaha tersebut
mengalami kebangkrutan dan semua karyawannya di-PHK, termasuk dirinya, yang
merupakan salah satu pimpinan di tempatnya bekerja.
Ditahun tersebut, ia mengalami depresiasi dan bingung ingin melakukan
apa. Kala itu, yang menguatkan dirinya adalah istrinya. Istrinya-lah yang
akhirnya memulai jualan sembako di depan rumahnya dan mengajak dirinya untuk
mulai usaha walau dari usaha kecil di dalam rumah, yakni di garasi rumah. Hari
pertama jualan, ia hanya bisa menjual sembako senilai RP.50 ribu. Namun,
istrinya terus neyakinkannya bahwa mereka harus terus berjualan agar dapur
tetap bisa mengepul dan anak-anak tetap sekolah. Kemudian, setelah mental
dirinya stabil dan dapat menerima kenyataan pahit bahwa dirinya kini tidak
bekerja lagi, pelan-pelan ia bangkit dan mulai membantu istrinya.
Ia pikirkan strategi-strategi agar jualan sembakonya mengalami
peningkatan. Pertama, ia memberikan harga yang sedikit lebih murah, menurutnya,
ia murahkan Rp. 500,00 untuk produk-produk yang sangat dan sering dibutuhkan
konsumen diwilayahnya, seperti aqua gallon dan gelas. Ia pun menambahkan servis
kepada konsumennya, berupa laynan pesan antar ke rumah konsumen. Pelasn tapi
pasti, konsumennya terus bertambah.
Selama perjalanan usaha, ia juga pernah mengalami kepahitan dan
kegagalan. Ketika di wilayah pertama, ia berhasil, kemudian ia tergiur ingin
mengembangkan minimarket. Tiga minimarket pun ia buka. Alhasil, minimarket
tidak berjalan dan semuanya rugi. Akhirnya, ia tutup dan focus kembali ke toko
pertamanya. Ia tingkatkan dari hanya toko, kemudian menjadi agen dan distributor
untuk meningkatkan skala dan mengambil margin yang lebih besar. Saat ini, ia
mampu menjual sekitar 5.000 galon aqua setiap harinya di wilayah Bekasi dan
memiliki 3 gudang yang sekaligus tokonya. Ia pun focus pada distribusi sembako
ke agen dan toko sembako di wilayah Bekasi. Jerih payahnya telah menuai hasil.
Ia pun menanamkan mental jatuh bangun dalam mengelola usaha kepada
anak-anaknya.
Sekarang ini, anak-anaknya diminta membantu dirinya dan tidak bekerja
di perusahaan orang lain. Karena ia telah mengalami pahitnya bekerja di
perusahaan orang lain, menurutnya, lebih baik jadi pengusaha. Menurutnya, lebih
hebat menjadi pengusaha gorengan, tapi bisa menjual gorengan ke seluruh wilayah
Indonesia, dibandingkan bekerja di perusahaan asing yang jelas mengambil
keuntungan dari negeri ini.
Penulis menceritakan kisah diatas agar kita semua termasuk penulis,
menyadari berbisnis membutuhkan proses, tidak sim salabim langsung sukses, tapi
membutuhkan waktu dan harus siap mengalami pahit dan gagal. Kunci suksesnya
menurut rekan pengusaha diatas, ia membangun mental agar siap tahan banting
ketika usahanya sedang surut dan mengalami kerugian. Sesungguhnya, ketika
mengalami kerugian, disitulah terdapat pelajaran besar yang dapat kita ambil
hikmahnya. Tambah lagi, tidak usah malu unuk memulai bisnis walau masih kecil
skala’a karena dari kecil itulah kita belajar berbisnis. Siapa pun pengusaha
besar negeri ini, pastilah telah melewati tahapan kecil dari usahanya hingga
bisa menjadi besar seperti saat ini, saat orang lain melihat ia sangat sukses.
C. Pola
Pikir Pebisnis
Menurut teori NLP (Neuro Linguistic Programme) apabila kita bisa
meniru pola piker orang sukses, maka kita bisa menjadi sukses seperti mereka. Apabila
kita meniru hal-hal yang dilakukan oleh pebisnis sukses, termasuk cara mereka
berpikir dan cara bertindak, maka hamper bisa diyakinkan, kita bisa sukses
seperti mereka. Setelah mencermati dan mempelajari ribuan buku tentang para
pebisnis sukses, penulis menyimpulkan bahwa mereka adalah orang-orang yang mampu
mengeksploitasi peluang dibanding memecahkan masalah.
Kecenderungan mereka adalah orang yang pasdan tepat pada waktunya.
Saat peluang itu datang, mereka berada di posisi yang pas sehingga mampu dengan
jeli mengeksploitasi peluang tersebut menjadi keuntungan buat mereka. Bagi
orang lain, belum tentu peluang itu menjadi sebuah ‘peluang’ karena mata mereka
tidak sejeli para pebisnis sukses. Sebelum peluang itu datang, para pebisnis
telah membekali diri mereka agar siap mengenali peluang dan mengambil peluang
tersebut jika datang tiba-tiba.
Pola pikir pebisnis yang penulis amati dan rasakan sendiri selama
menekuni bisnis sekitar 6 tahun adalah kemampuan kita dalam menangkapkan
peluang yang datang. Peluang akan lewat begitu saja dan menghilang dari mata
kita apabila kita tidak siap. Peluang sangat banyak berseliweran di depan mata
kita, tapi kadang hanya orang-orang tertentu saja yang mampu melihat bahwa itu
adalah sebuah peluang.
Pebisnis kawakan yang mempunyai ‘’jam terbang tinggi’’ dalam bisnis
tentu mempunyai insting bisnis dalam mengenali peluang lebih tajam dibanding
pebisnis amatir. Insting bisnis inilah yang sebenarnya akan terus terasah bila
kita semakin lama menekuni bisnis. Orang bilang apabila ‘jam terbang makin
tinggi’ maka akan semakin paham melihat celahya bisnis agar bisnis tersebut
sukses. Jika bisnis yang pertama sukses maka kata orang-orang, bisnis kedua dan
seterusnya hanya ‘dipegang saja’ maka akan berubah menjadi emas. Maksudnya,
‘tangannya sudah dingin’ sehingga ketika memulai bisnis lain, hasilnya mudah
ditebak, bisnis tersebut sukses juga.
Perlu
diingat bahwa kegagalan adalah kawan karibnya kesuksesan. Di kamus para
pebisnis sukses, gagal itu biasa. Menurut mereka, kegagalan sejati adalah gagal
tidak mulai mencoba berbisnis dan gagal untuk bangkit. Bagi mereka yang selalu
bangkit dan bangkit lagi, gagal adalah proses belajar dan gagal adalah upaya
dari yang di Atas untuk menaikkan ‘kelas’ mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
Ketika mereka melewati kegagalan tersebut maka sesungguhnya mereka telah
melewati satu fase belajar. Jika pada perjalanan selanjutnya dijumpai hal yang
sama maka mereka telah siap mengantisipasi dan menghadapinya. Jadi, jangan
takut gagal, siap gagal, dan berani gagal seperti layaknya Anda berani sukses!
Sumber:
Malahayati dan Hendry E.
Ramadhan, 99 Bisnis Anak Muda (Jakarta: penebar Plus, 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar